Kamis, 24 September 2009

Kida san no koto ga suki

Cerita ini mulai (lagi...) pas pertengahan Bulan Puasa kemaren gua dapet telpon dari...

"Kak ada telpon dari orang Jepang. Siapa gitu namanya riris gak jelas dengernya."

Kuangkat. "Moshi-moshi, Bram degozaimasu." Halo, di sini Bram.

"Hoshino desu. Hisashiburi ne, Kida san. Genki?" Ini Hoshino. Lama gak ketemu, Kida apa kabar?

"ERICAAA..." Seruku membuat heboh seisi rumah (halah lebay).

Kejutan..! Ini yang dia bilang kejutan di e-mail terakhirnya. Dia mao dateng ke Jakarta.

Lihat, inilah salah satu kelebihan Erica. Kami sering seolah punya kontak batin. Dia akan muncul ketika aku sedang memikirkannya, baik lewat telpon, e-mail, dan sekarang dengan sosok nyata!

Sehari setelah kedatangannya, dia ngajak liburan ke Bali. Gua mao aja diajak liburan ke Bali dengan syarat kita disana gak lama-lama karena sebentar lagi Lebaran. Dan dia terima syarat yang gua ajuin itu.

Ketika itu pantai Kuta sedang pasang. Keturunan penjajah itu (ngapain juga gua manggil dia keturunan penjajah, orang di darah gua juga mengalir darah Jepang. Berarti gua keturunan penjajah juga dong. Hahaha...) sedang sibuk memotret suasana di pantai Kuta. Terakhir dia membidik ke arahku dan segera kuberikan ekspresi terjelek yang pernah dia lihat. Dia sangat senang dan tertawa sebagai ungkapan terima kasih. Gua yakin foto itu pasti akan dimuseumkannya kelak untuk dilihat anak cucunya.

Lalu dia duduk di atas pasir, di sebelahku. Menulis huruf-huruf kanji di pasir yang segera terhapus ombak. Lalu kami sama-sama terdiam, menikmati suasana ombak, angin dan cakrawala. Lama. Apakah hanya aku yang merasakannya, tapi gua yakin, kami tidak sedang menikmati itu semua sepenuhnya. Kami sedang memikirkan hal lain.

"Kida san," desisnya. Gua seneng dipanggil pake embel-embel tanda sayang itu, tapi gua jadi deg-degan. Mungkin karena suasana Bali yang terlalu romantis untuk dinikmati berdua saja oleh orang yang mengaku hanya bersahabat.

Dibawah langit yang remang-remang, sisa-sisa sunset, seperti yang kuduga, dia mencoba membuka lagi kisah lalu itu. Dia bertanya apakah aku masih menyimpan perasaan itu untuknya. Aku tak bisa menjawab. Aneh, harusnya tanpa bertanya pun dia pasti tahu kalo gua suka sama dia karena gua gak pernah bisa menutupi perasaan itu di depannya.

Gua jadi inget kejadian sekitar 3 tahun yang lalu. Waktu itu gua baru lulus sma, dan gua pergi ke Jepang buat nengokin Kakek gua beserta keluarga yang lain. Karena waktu itu gak ada yang bisa jemput gua di bandara, Kakek minta tolong Erica (yang kebetulan adalah tetangga kakek) buat jemput gua. Itu adalah awal pertemuan gua dengan Erica.

Sejak pertama melihat orang yang menjemputku di Narita Airport itu, instingku mengatakan bahwa dia adalah orang yang memiliki sesuatu istimewa dalam dirinya. Walaupun pada akhirnya hampir tiap hari dia menemaniku untuk keliling Jepang, perlu berbulan-bulan untukku berjuang menyangkal pesona makhluk keturunan Oshin itu. Akhirnya aku kalah, terpanah dewa Cupid dan tak berdaya mengelak. Pada saat itu akhirnya kami jadian, pacaran. Yah.., walaupun beberapa waktu kemudian kami putus.

"KIDA..!" Teriakan Erica membangunkanku dari lamunan.

"Ya..."

"Kida san no koto ga suki." Saya suka Kida.

Suki. Suka. Bukan aishiteru. Bukan cinta. Itu jarang sekali mereka ucapkan, kecuali memang sangat mendalam, atau oleh mereka yang bukan berbudaya Jepang totok. Gua jadi penasaran apakah suatu waktu Erica bakal ngomong aishiteru ke gua., hihihi...

"Perasaanku?" balikku. "Kamu kan tahu."

"Kamu masih takut kejadian dulu terulang lagi?"

..........
Gua diam.
"Mungkin aku akan melukaimu tanpa menyadarinya... Apa tak apa-apa?"

"Tak apa... Meski kau melukaiku, aku tetap suka...!"

"Baiklah..." Lalu Erica tersenyum dan memelukku.

0 komentar:

Related Posts with Thumbnails